HUBUNGAN ETIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Akhir-akhir ini masalah yang paling menonjol hubungan
antara ilmu dan etika. Pandangan para ahli filsuf bahwa ilmu bebas nilai dan
objektif yang menyatakan bahwa ilmu merupakan alat untuk mempertahankan keadaan
dan cara pikir yang mendorong terhadap kemajuan bangsa manusia.
Kemajuan ilmu pengetahuan oleh manusia tidak hanya
sampai diperbuat tetapi juga harus mempertimbangkan apa yang seharusnya
diperbuat. Pada dasarnya rumusan konsep etika dalam ilmu pengetahuan ini haruslah
sampai kepada rumusan normatif yang berupa pedoman konsep bagaimana putusan
tindakan manusia sebagai peneguh ilmu harus dilakukan.[1]
B.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah
bagaimanakah hubungan antara etika dan ilmu pengetahuan ?
C.
Tujuan
Adapun tujuan
dari makalah ini adalah agar mahasiswa mengetahui hubungan antara etika dan
ilmu pengetahuan.
Adapun manfaat dari makalah ini adalah mahasiswa mampu
menjelaskan hubungan antara etika dan ilmu pengetahuan.
BAB
II
PEMBAHASAN
HUBUNGAN
ANTARA ETIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
Pada dasarnya manusia memanfaatkan ilmu pengetahuan untuk tujuan praktis,
mereka hanya memfungsikan ilmu pengetahuan dalam arah yang tidak terbatas
sehingga dapat dipastikan bahwa manfaat pengetahuan mungkin akan diarahkan
untuk hal-hal yang destruktif. Di mana manusia menjatuhkan pilihannya dalam
memanfaatkan ilmu pengetahuannya amatlah nihil kebaikan yang diperoleh atau
bahkan dapat menyebabkan kehancuran.[2]
Ilmu pengetahuan dapat dilihat sebagai suatu sistem yang menjalin dan
taat dari ungkapan-ungkapan yang bersifat benar tidaknya dapat ditentukan.
Kalau demikian apapun yang dilaksanakan oleh sebuah ilmu pengetahuan ialah
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang logis, sahih dan penilaian mengenai
hal-hal yang memang demikian atau tidak. Jadi bukan tugasnya berbicara mengenai
yang seharusnya demikian atau tidak sehingga etika dapat berperan dalam tingkah
laku seorang ilmuwan.[3]
Nilai menyangkut etika moral dan tanggung jawab manusia dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan untuk digunakan kemaslahatan manusia sehingga
penerapannya juga punya bias negatif atau destruktif sehingga diperlukan patron
nilai dan norma untuk mengendalikan
potensi ilmu pengethuan di sinilah etika menjadi ketentuan mutlak, yang
akan menjadi well supporting bagi pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi
untuk meningkatkan derajat hidup serta kesejahteraan dan kebahagiaan manusia.[4]
Menurut Charis Zubeir dalam bukunya Kajian Filsafat Ilmu; Dimensi Etik
dan Astetik Ilmu Pengetahuan Manusia menyebutkan ada dua kelompok yang
memandang hubungan ilmu pengetahuan dan etika.
·
Kelompok pertama memandang bahwa ilmu
pengetahuan harus bersifat netral, bebas dari nilai-nilai, dalam hal ini fungsi
ilmu pengetahuan selanjutnya terserah pada orang lain untuk mempergunakan
tujuan baik atau buruk.
·
Kelompok kedua berpendapat bahwa kenetralan
terhadap nilai hanya terbatas pada kaidah keilmuannya tetapi dalam
penggunaannya pemilihan objek penelitiannya, kegiatan keilmuan harus berlandas
pada asas penilaian yang baik atau buruk dalam etika.
Persoalan mengenai nilai etika yang menimbulkan dilemma mana yang baik,
benar di sinilah etika memainkan peranan penting mengenai apa yang seharusnya
atau terkait dengan apa yang baik dan tidak baik serta apa yang salah dan apa
yang benar. Sehingga etika menjadi acuan atau panduan bagi ilmu pengetahuan
dalam realisasi pengembangannya.[5]
Kenyataan bahwa ilmu pengetahuan tidak boleh terpengaruh oleh nilai-nilai
yang letaknya di luar ilmu pengetahuan, dapat diungkapkan juga rumusan singkat
bahwa ilmu pengetahuan seharusnya bebas. Namun demikian jelaslah kiranya
kebebasan yang dituntut ilmu pengetahuan sekali-kali tidak sama dengan
ketidakterikatan mutlak. Patutlah kita menyelidiki lebih lanjut mengenai
kebebasan ini.[6]
Etika memang tidak dalam kawasan ilmu pengetahuan yang bersifat otonom,
tetapi tidak dapat disangkal peranannya dalam perbincangan ilmu pengetahuan.
Tanggung jawab etika, merupakan hal yang menyangkut kegiatan maupun penggunaan
ilmu pengetahuan. Dalam kaitan hal ini terjadi keharusan itu memperhatikan
kodrat manusia, menjaga keseimbangan ekosistem, bertanggung jawab pada
kepentingan umum serta kepentingan generasi mendatang. Karena pada dasarnya
ilmu pengetahuan adalah untuk mengembangkan eksistensi manusia bukan menghancurkan
eksistensi manusia.[7]
Pada prinsipnya ilmu pengetahuan tidak dapat dan tidak perlu. Kemajuan
ilmu pengetahuan dengan demikian, memerlukan visi moral yang tepat. Manusia
dengan ilmu pengetahuan akan mampu untuk berbuat apa saja yang diinginkan namun
pertimbangan tidak hanya sampai pada apa yang dapat diperbuat dan apa yang
seharusnya diperbuat. Pada dasarnya mengupayakan rumusan konsep etika dan ilmu
pengetahuan harus sampai kepada rumusan yang normatif yang berupa pedoman
pengarahan konkret, bagaimana keputusan tindakan manusia di bidang ilmu
pengetahuan harus dilakukan.[8]
Etika membuktikan kemampuan menyelesaikan masalah konkret tidak sekedar
memberikan isyarat dan pedoman umum melainkan langsung melibatkan diri dalam
peristiwa aktual dan faktual manusia, sehingga terjadinya hubungan timbal balik
dengan apa yang seharusnya terjadi. Etika berdasarkan interaksi antara keadaan
etika sendiri dengan masalah-masalah yang membumi.[9]
Pengembangan ilmu harus berpijak pada proyeksi tentang kemungkinan yang
secara etis diterima oleh masyarakat atau individu manusia selaku pengguna atau
penerima ilmu harus dapat dipertanggungjawabkan pihak yang mengembangkan ilmu,
sehingga dalam proses pengambilan keputusan karena berpijak pada penentu
pertimbangan moral dari pengembangan ilmu tersebut.[10]
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini hubungan antara
etika dengan ilmu pengetahuan adalah ilmu pengetahuan yang bersifat tidak
terbatas dalam penggunaannya hendaknya selalu berlandaskan pada etika yang berfungsi
memberikan pertimbangan mengenai baik atau buruk, benar atau salah dari
pemanfaatan ilmu, maka etika menjadi acuan atau panduan bagi ilmu pengetahuan
dalam realisasi pengembangannya.
B.
Saran
Adapun saran dari kami sebagai pemakalah adalah
kiranya mahasiswa dapat menjelaskan hubungan antara etika dengan ilmu
pengetahuan.
DAFTAR
PUSTAKA
Charis Zubeir, Ahmad. Kajian
Filsafat Ilmu. Cet. II; Yogyakarta :
Lembaga Studi Filsafat Islam, 2002.
Jujun S. Suriasumantri. Filsafat
Ilmu. Cet. I; Jakarta :
Pustaka Sinar Harapan, 2003.
Raverz, Jerome R. Filsafat Ilmu
Sejarah dan Ruang Lingkup Bahasa. Cet. I; Yogyakarta :
Pustaka Pelajar, 1982.
Van Melzen, A.G.M. Ilmu Pengetahuan
dan Tanggung Jawab Kita. Cet. I; Jakarta :
PT. Gramedia Pustaka Utama, 1992.
[2]
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu (Cet. I; Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 2003), h. 69.
[3]Ibid.,
h. 4.
[4]Ahmad
Charis Zubeir, Kajian Filsafat Ilmu (Cet. II; Yogyakarta :
Lembaga Studi Filsafat Islam, 2002), h. 25.
[5]Ibid.,
h. 27.
[6]Van
Melzen, A.G.M. Ilmu Pengetahuan dan Tanggung Jawab Kita (Cet. I; Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama, 1992), h. 17.
[7]Ibid.,
h. 15.
[8]Jerome R.
Raverz. Filsafat Ilmu Sejarah dan Ruang Lingkup Bahasa (Cet. I; Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1982), h. 196.
[9]Ibid.,
h. 71.
[10]Ibid.,
h. 72
Komentar
Posting Komentar